Pemayung.id – Stockpile dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) PT SAS (anak perusahaan PT RMK Energy Tbk/RMKE) jika beroperasi akan mengancam nyawa ribuan warga Aur Kenali dan Mendalo.
Aktivitas hauling batu bara PT SAS akan menimbulkan dampak pencemaran udara dan lingkungan yang luar biasa. Debu batu bara akan menyelimuti pemukiman warga hingga membuat pernafasan menjadi terganggu. Hal ini lah menjadi alasan mengapa warga menolak hadirnya stockpile batu bara PT SAS di Aur Kenali.
Herman, tokoh masyarakat Kota Jambi, menilai rencana pembangunan stockpile batu bara dan TUKS PT SAS di Aur Kenali sama saja dengan akan melakukan pembunuhan masal.
“Ini sama dengan rencana pembunuhan masal di Aur Kenali. Ya maka dibilang begitu, nyawa ribuan warga terancam akibat dampak mematikan dari debu batu bara PT SAS,” ungkap Herman, Jumat (22/08/2025).
Dirinya menyebut terdapat dugaan kuat ada oknum pejabat Jambi yang membekingi PT SAS. Ini tampak tidak adanya upaya penindakan dari pemerintah daerah.
“Saya menduga ada oknum pejabat Jambi dibelakang PT SAS, ini oknum pejabat dibelakang PT SAS yang mendukung pembunuhan masal di Aur Kenali bila stockpile batu bara tetap berdiri di disana,” tuturnya.
Terpisah, Ketua Organisasi Barisan Perjuangan Rakyat (BPR) Jambi, Rahmat Supriadi mengatakan bahwa dirinya bersama warga Aur Kenali dan Mendalo Darat akan tetap melakukan aksi penolakan kehadiran stockpile dan TUKS batu bara PT SAS.
“Apapun yang terjadi, suara kami tetap satu yakni menolak keberadaan stockpile batu bara PT SAS di Aur Kenali. Karena adanya stockpile batu bara PT SAS sama dengan mengancam ribuan nyawa warga,” ujar Rahmat, Jumat (22/08/2025).
Dikatakan dia, dengan adanya dukungan dari berbagai elemen masyarakat Kota Jambi dan organisasi lingkungan, Rahmat tidak akan memberikan sedikit pun ruang bagi PT SAS.
“Kami tegaskan bahwa kami tidak akan memberikan ruang kepada PT SAS untuk bernegosiasi lagi, permintaan kami hanya satu yakni hengkang dari wilayah Aur Kenali,” tegas dia.
Sebelumnya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jambi, adakan nonton bareng (nobar) video film dokumenter terkait stockpile dan terminal khusus (TUKS) batu bara dengan masyarakat di RT 20 Mendalo Darat, Muaro Jambi, Senin (18/8/2025).
Menurut Direktur Walhi Jambi Oscar, negara ini memang sudah merdeka dari penjajahan negara asing, tapi sampai saat ini belum merdeka dari ancaman kerusakan ekologis dan korporasi jahat.
“Itulah kenapa kami memilih merayakan berdirinya WALHI Jambi bersama masyarakat di RT 20 Mendalo Darat, ini adalah bentuk ketegasan WALHI Jambi berpihak pada rakyat yang memperjuangkan keadilan ekologis,” ungkap Oscar kepada media, Rabu (20/8/2025).
Selain itu, ia menegaskan bahwa WALHI Jambi akan selalu bersama-sama warga melawan korporasi yang mengancam hak rakyat untuk hidup sehat, nyaman dan aman.
Sementara, Dlomiri (60), warga setempat, mengaku bahwa yang ikut nobar bersama Walhi Jambi itu, mencapai 200 lebih warga. Semua warga antusias menonton film dokumenter berjudul “Prahara Debu Batubara RMK” tersebut.
“Warga antusias nonton. Dan warga jadi sadar ternyata Walhi berperan positif dalam perjuangan penolakan stockpile batu bara PT SAS tersebut,” ungkap Dlomiri via ponselnya.
Setelah menonton video itu, warga semakin sadar betapa berbahayanya debu batu bara bagi kesehatan jika nanti stockpile dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) PT SAS (anak perusahaan PT RMK Energy Tbk/RMKE) beroperasi.
“Iya, jadi tau dan sadar kita betapa berbahayanya debu batu bara bagi lingkungan dan kesehatan. Apalagi RT kami bersebelahan dengan stockpile batu bara PT SAS.
Ia berharap perjuangan menutup stockpile PT SAS tersebut didukung banyak pihak. Selain Walhi, ia juga berharap pemerintah mendengarkan keluhan rakyatnya.
Berikut link video dampak negatif debu batu bara oleh PT RMK Energy Tbk yang sudah beroperasi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) :
https://www.youtube.com/watch?v=c_Kir-P4KcY
Hingga berita ini diterbitkan belum ada keterangan resmi dari PT SAS, saatnya dikonfirmasi Humas PT SAS Dona tidak merespon.